Selasa, 24 September 2013

SATRIA PININGIT, PILPRES 2014, DAN JOKO WIDODO

NOTONOGORO, adalah dua huruf akhir dari nama-nama pemimpin negeri ini menurut RAMALAN JAYABAYA, hingga suatu saat nanti Indonesia akan ditimpa kesulitan, bencana dan kerusuhan (goro-goro), dan setelah itu akan muncul seorang pemimpin yang baik, Satria Piningit, Ratu Adil yang akan membawa Indonesia ke masa kejayaannya. Dalam Ramalan Jayabaya itu dikatakan, akan datang satu masa penuh bencana.
Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai, akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas. Tapi, setelah masa yang paling berat itu, akan datang jaman baru, jaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Zaman Keemasan Nusantara. Dan jaman baru itu akan datang setelah datangnya sang Ratu Adil, atau Satria Piningit.
Kalau kita kilas balik ramalan Prabu Jaya baya ini maka ada beberapa hal yang mengandung unsur kebenaran. Presiden Indonesia pertama akhiran namanya adalah NO, yakni Soekarno, Presiden Indonesia kedua namanya berakhiran TO, yakni Soeharto, meski kemudian setelah berkusa selama lebih dari 32 Tahun, dan sebelum masa jabatannya berakhir, ia diganti oleh Habibie sebagai Presiden Indonesia ketiga meneruskan jabatan Soeharto selama lebih kurang satu setengah tahun. Lalu Dalam pemilihan presiden berikutnya terpilihlah Abdul Rachman Wahid dan berkuasa selama lebih kurang tiga tahun, sebelum akhirnya ditengah jalan digantikan oleh wakilnya Megawati. kemudian melalui suatu Pemilu presiden pertama di Indonesia, terpilihlah Susilo Bambang Yudhoyono (berakhiran NO) hingga dua periode sekarang ini. Jadi sudah tiga orang presiden yang memiliki nama belakang NO TO NO yaitu Soekarno, Soeharto dan Yudhoyono. Setelah NO TO NO maka akan terjadi goro-goro (kerusuhan, kesulitan dan ketidak adilan) di Negeri Nusantara ini. Lalu menurut ramalan Prabu JAYABAYA setelah goro-goro itu lah maka muncul seorang pemimpin yang bijaksana dan adil serta akan membawa Indonesia ke puncak kejayaannya. Pemimpin itu diberi gelar Ratu Adil atau Satria Piningit. Bila kita runtut ramalan JAYABAYA tersebut, maka datangnya Ratu Adil atau Satria Piningit tersebut rasanya sudah semakin dekat waktunya. Namun kepastian waktu datangnya sang Ratu Adil atau Satria Piningit tersebut hanya Tuhan yang tahu. tak ada satu manusia pun di Indonesia ini yang bisa meramalkannya dengan pasti. Mungkin saja Sang Ratu Adil/Satria Piningit tersebut datang di tahun 2014 ini dimana pemilu Presiden akan berlangsung. Namun bisa saja setelah Tahun 2014 berlalu Satria piningit itu muncul. Namun yang pasti bagi rakyat Indonesia kedatangan Sang Ratu Adil/Satria piningit tersebut sudah sangat didamba-dambakan. Semakin cepat semakin baik. Mungkinkah Sang Ratu Adil/Satria Piningit itu bernama JOKO WIDODO? Memang saat ini Jokowi panggilan akrab Gubernur DKI Jakarta ini sekarang tengah hangat-hangatnya digadang-gadang sebagai Calon presiden di tahun 2014 ini oleh sejumlah besar pendukungnya. Bahkan oleh sejumlah media Survei nama Jokowi menjadi favorit kuat sebagai Presiden Republik Indonesia di Tahun 2014 mendatang. Benarkah ramalan Prabu JAYABAYA akan datangnya seorang pemimpin yang bijaksana bergelar Ratu Adil/Satria piningit itu mengarah ke Jokowi? Sekali lagi hanya Tuhan yang tahu.
Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Mataram. Raja itu bernama Prabu Jayabaya (1135-1159). Ramalannya kelihatannya begitu mengena dan bahkan masih diperhatikan banyak orang ratusan tahun setelah kematiannya. Bung Karno pun juga merasa perlu berkomentar tentang ramalan ini.
“Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap “Kapan, kapankah Matahari terbit?”.
Sukarno, 1930, Indonesia Menggugat
Ramalan Jayabaya ini memang lumayan fenomenal, banyak ramalannya yang bisa ditafsirkan “mirip” keadaan sekarang. Diantaranya :
1. Datangnya bangsa berkulit pucat yang membawa tongkat yang bisa membunuh dari jauh dan bangsa berkulit kuning dari Utara ( jaman penjajahan ).
2. “kreto mlaku tampo jaran”, “Prau mlaku ing nduwur awang-awang”, kereta tanpa kuda dan perahu yang berlayar di atas awan (mobil dan pesawat terbang?)
3. Datangnya jaman penuh bencana di Nusantara (Lindu ping pitu sedino, lemah bengkah, Pagebluk rupo-rupo, gempa 7 x sehari, tanah pecah merekah, bencana macam-macam.
4. Dan ia bahkan (mungkin) juga meramalkan global warming, “Akeh udan salah mongso”, datangnya masa dimana hujan salah musim.
Nah, naik turunnya peradaban sebenarnya sudah banyak dianalisis, bahkan sejak ratusan tahun lalu. Diantaranya oleh Ibnu Khaldun (Muqaddimah, 1337, Wikipedia : Ibn Khaldun), Gibbon (Decline and Fall, 1776), Toynbee (A Study of History), atau Jared Diamond. Intinya sederhana. Manusia atau bangsa, bisa berubah. Manusia bisa lupa, dan sebaliknya juga bisa belajar. Bangsa bisa bangkit, hancur, dan bisa juga bangkit lagi.
Bagaimana dengan Satria Piningit ?
Banyak juga teori tentang manusia-manusia istimewa yang datang membawa perubahan. Di dunia, orang-orang itu sering disebut “Promethean”, diambil dari nama dewa Yunani Prometheus yang memberikan api (pencerahan) pada manusia. Toynbee menamakannya Creative Minorities. Tapi mereka bukan sekedar “manusia-manusia ajaib”, melainkan orang-orang yang memiliki kekuatan dahsyat, yaitu kekuatan ilmu, dan kecintaan pada bangsanya, sesama manusia, dan pada Tuhannya. Lihat misalnya berapa banyak hadis Nabi Muhammad tentang pentingnya ilmu. Dan perhatikan lanjutan pidato Bung Karno ini :
“Selama kaum intelek Bumiputra belum bisa mengemukakan keberatan-keberatan bangsanya, maka perbuatan-perbuatan yang mendahsyatkan itu (pemberontakan) adalah pelaksanaan yang sewajarnya dari kemarahan-kemarahan yang disimpan … terhadap usaha bodoh memerintah rakyat dengan tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan mereka…”
Satria piningit, adalah orang-orang yang peduli pada bangsanya, berilmu tinggi, dan telah memutuskan untuk berbuat sesuatu. Merekalah, dan hanya merekalah yang bisa melawan kehancuran, dan akhirnya membangkitkan peradaban.
Di jaman kegelapan, selalu ada saja orang yang belajar. Diantara banyak orang lupa, selalu ada saja orang baik. Bahkan walau cuma satu orang. Kadang, kerusakan itu justru membakar jiwanya untuk berbuat sesuatu. Belajar, Berjuang, Berkorban. Seperti Nabi Muhammad yang melihat bangsanya hancur, atau Sukarno yang melihat bangsanya diinjak-injak. Mereka lalu berjuang menyelamatkan bangsanya. Promethean, Ratu Adil yang mendatangkan zaman kebaikan.
Ramalan Jayabaya mungkin bisa dipahami secara ilmiah, bahwa manusia dan peradaban memang selalu bisa bangkit, hancur, dan bangkit lagi. Dan mungkin karena Jayabaya menyadari manusia bisa lupa, dia sengaja menulis ini sebagai peringatan agar manusia tidak lupa. Dan itulah satu tanda kearifan sang Prabu Jayabaya.
Mungkin, ini juga dorongan pada manusia agar selalu berbesar hati, optimis. Bahwa di saat yang paling berat sekalipun, suatu hari akhirnya akan datang juga Masa Kesadaran, Masa Kebangkitan Besar, Masa Keemasan Nusantara.
Percaya atau tidak ? Anda tidak perlu percaya, tidak perlu tidak percaya. Bagaimanapun ini adalah cerita yang penuh pesan. Percaya atau tidak.

“Civilizations arose in response to some set of challenges of extreme difficulty, when ‘creative minorities’ devised solutions that reoriented their entire society”


Sumber: (Wikipedia, Arnold J. Toynbee).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar