Minggu, 22 September 2013

MENUJU MANUSIA QONA'AH

Qona’ah berarti merasa puas, rela dan ikhlas atas bagiannya.
Qona’ah adalah merasa puas dengan apa yang ia terima dan miliki dalam hidup ini meskipun belum sesuai dengan keinginan hatinya.
Ulama sufi – Muhammad ali at-tirmidzi menegaskan bahwa qona’ah adalah kepuasan hati dan jiwa terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah swt.
Qona’ah adalah sikap yang paling baik dalam menjalani hidup bagi ummat manusia agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan dosa. Qona'ah adalah salah satu sikap manusia yang disukai oleh Allah swt. Manusia qona'ah adalah manusia yang dicintai, diridhoi dan diberkahi NYA.
Syarat untuk mencapai qona’ah:
1. Usaha maksimal yang halal – bekerja adalah hasil dari ekspresi syukur (saba/34: 13) – bekerja yang dimaksud adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya – kehidupan Rasulullah adalah fakta yang tak terbantahkan dalam dunia bekerja – imam ‘Athaillah menceritakan kisah seorang yang ingin isitrahat dalam bekerja dan ia meminta agar dalam sehari bisa minum dan makan dua kali, lalu ternyata hanyalah mendapat fitnah belaka, dan seseorang mengantarkannya ke dalam penjara – lalu ketika ia merenung mengapa hal ini terjadi ternyata dia salah memohon dalam doanya kepada Allah. Dia hanya minta makan dan minum dua kali dalam sehari, tapi tidak meminta keselamatan, lalu ia bertaubat.
Hikmah manusia berusaha: manusia itu lemah dengan berusaha ia akan menjadi manusia yang kuat dan tangguh- salah satu upaya untuk menjaga image diri dalam masyarakat dan menjaga keimanan yang ada pada dirinya – semakin banyak bekerja semakin lupa ia akan berbuat maksiat – dengan usaha akan dapat rahmat dan karunia Allah – usaha adalah sarana untuk saling kenal mengenal di antara lingkungan bekerja dan lainnya.
  Agar usaha itu menjadi bernilai positif: luruskan niat anda – harta adalah amanat Allah. oleh karena itu gunakanlah sebaik mungkin – harta adalah ujian, melimpah dan menurunnya rezeki adalah bukti dari ridho Allah atau ketidakridhoan-Nya terhadap manusia tersebut (al-fajr/89:15-16, al-anfal/8: 28). – rezeki adalah berasal dari Allah swt – Allah menjamin mahluknya akan rezeki dan cara menjemput rezeki itu dengan cara usaha – rezeki bisa berbentuk material dan immaterial.
2. Keberhasilan meraih hasil – kadang-kadang usaha tidak sesuai dengan target – karena manusia tidak diberi wewenang oleh Allah – bahwa Allah mengharuskan hambanya untuk terus berproses menyempurnakan setiap ushanya, dan pada akhirnya Allah akan menilai dan sekaligus memberi balasan yang pantas atas apa yang ia usahakan – dalam surah at-taubah/9: 105, ayat ini menegaskan agar seseorang menyempurnakan proses ushanya.
At-tabataba’I mengomentari ayat di atas – seseorang akan mengetahui hakikat hasil usahanya hanya di hari kelak dan yang di dunia hanyalah bersifat lahiriah semata.
Surat al-Qoshoh/28: 77 – mengajarkan agar manusia harus berusaha dalam konteks dunia.
3. Merasa puas dan dengan sukarela mau berbagi – inilah inti dari Qona’ah – dia sealu fokus kepada yang memberi – karena ia berkeyakinan bahwa yang memberi hanyalah Zat yang maha sempurna – apapun yang diberikan itu berarti memiliki nilai terbaik di hati dan pikirannya.
Imam al-Qusyairi mengutip surah an-Nahl/16: 97 untuk menjelaskan tentang sifat Qona’ah – kehidupan yang baik adalah kehidupan yang disertai dengan sifat Qona’ah (al-Qusyairi an-Naisaburi, risalatul Qusyairi, hal. 175).
Imam ‘Athaillah – surat an-Nisa/4: 65 dan surat al-Qoshos/28: 68 – menyuruh kepada orang yang beriman agar mempunyai sifat Qona’ah – ayat di atas memberi isyarat kebahagiaan hidup tidak ada pilihan kecuali apa yang telah diputuskan Allah wajib diterima oleh manusia dengan ikhlas dan disertai dengan rasa bersyukur yang tulus.

ذاق طعم الايمان من رضي بالله ربا وبالاسلام دينا وبمحمد رسولا (رواه مسلم عن العباس بن عبدالمطلب)
“orang yang telah ridha Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, Muhammad sebagai Nabinya sungguh ia telah merasakan nikmatnya iman”.
Hadits di atas menunjukkan bahwa orang yang berada diluar ketentuan itu berarti ia tidak pernah merasakan nikmatnya/manisnya iman (ibnu ‘Athaillah as-Sakandari, at-Tanwir fi Isqatil-Tadbir, hal. 39).
Inti dari Qona’ah adalah bukanlah kita palingkan kehidupan kita di alam dunia ini melainkan bersikap yang bijaksana dalam menyikapi kehidupan di dunia ini – antara usaha dan tawakkal harus balance, dan yang terpenting selalu tulus dan ikhlas dalam menjalani hidup ini dan merasa puas terhadap apa yang telah dicapai meskipun belum sesuai dengan keinginan di hati. (Kitab Hikam – imam ‘Athaillah ).

 Sumber: Tulisan : Makmun Rasyid (KOMPASIANA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar