Qona’ah berarti merasa puas, rela dan ikhlas atas bagiannya.
Qona’ah adalah merasa puas dengan apa yang ia terima dan miliki dalam hidup ini meskipun belum sesuai dengan keinginan hatinya.
Ulama sufi – Muhammad ali at-tirmidzi menegaskan bahwa qona’ah adalah kepuasan hati dan jiwa terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah swt.
Qona’ah adalah sikap yang paling baik dalam menjalani hidup bagi ummat manusia agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan dosa. Qona'ah adalah salah satu sikap manusia yang disukai oleh Allah swt. Manusia qona'ah adalah manusia yang dicintai, diridhoi dan diberkahi NYA.
Syarat untuk mencapai qona’ah:
1. Usaha maksimal yang halal
– bekerja adalah hasil dari ekspresi syukur (saba/34: 13) – bekerja
yang dimaksud adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan
dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya – kehidupan Rasulullah
adalah fakta yang tak terbantahkan dalam dunia bekerja – imam ‘Athaillah
menceritakan kisah seorang yang ingin isitrahat dalam bekerja dan ia
meminta agar dalam sehari bisa minum dan makan dua kali, lalu ternyata
hanyalah mendapat fitnah belaka, dan seseorang mengantarkannya ke dalam
penjara – lalu ketika ia merenung mengapa hal ini terjadi ternyata dia salah
memohon dalam doanya kepada Allah. Dia hanya minta makan dan minum dua kali dalam sehari, tapi tidak meminta keselamatan, lalu ia
bertaubat.
Hikmah
manusia berusaha: manusia itu lemah dengan berusaha ia akan menjadi
manusia yang kuat dan tangguh- salah satu upaya untuk menjaga image diri dalam
masyarakat dan menjaga keimanan yang ada pada dirinya – semakin banyak
bekerja semakin lupa ia akan berbuat maksiat – dengan usaha akan dapat
rahmat dan karunia Allah – usaha adalah sarana untuk saling kenal
mengenal di antara lingkungan bekerja dan lainnya.
Agar usaha itu menjadi bernilai positif: luruskan niat anda – harta
adalah amanat Allah. oleh karena itu gunakanlah sebaik mungkin – harta
adalah ujian, melimpah dan menurunnya rezeki adalah bukti dari ridho Allah atau ketidakridhoan-Nya terhadap manusia tersebut
(al-fajr/89:15-16, al-anfal/8: 28). – rezeki adalah berasal dari Allah
swt – Allah menjamin mahluknya akan rezeki dan cara menjemput rezeki itu
dengan cara usaha – rezeki bisa berbentuk material dan immaterial.
2. Keberhasilan meraih hasil
– kadang-kadang usaha tidak sesuai dengan target – karena manusia tidak
diberi wewenang oleh Allah – bahwa Allah mengharuskan hambanya untuk
terus berproses menyempurnakan setiap ushanya, dan pada akhirnya Allah
akan menilai dan sekaligus memberi balasan yang pantas atas apa yang ia
usahakan – dalam surah at-taubah/9: 105, ayat ini menegaskan agar
seseorang menyempurnakan proses ushanya.
At-tabataba’I
mengomentari ayat di atas – seseorang akan mengetahui hakikat hasil
usahanya hanya di hari kelak dan yang di dunia hanyalah bersifat
lahiriah semata.
Surat al-Qoshoh/28: 77 – mengajarkan agar manusia harus berusaha dalam konteks dunia.
3. Merasa puas dan dengan sukarela mau berbagi –
inilah inti dari Qona’ah – dia sealu fokus kepada yang memberi – karena
ia berkeyakinan bahwa yang memberi hanyalah Zat yang maha sempurna –
apapun yang diberikan itu berarti memiliki nilai terbaik di hati dan pikirannya.
Imam
al-Qusyairi mengutip surah an-Nahl/16: 97 untuk menjelaskan tentang
sifat Qona’ah – kehidupan yang baik adalah kehidupan yang disertai
dengan sifat Qona’ah (al-Qusyairi an-Naisaburi, risalatul Qusyairi, hal. 175).
Imam
‘Athaillah – surat an-Nisa/4: 65 dan surat al-Qoshos/28: 68 – menyuruh
kepada orang yang beriman agar mempunyai sifat Qona’ah – ayat di
atas memberi isyarat kebahagiaan hidup tidak ada pilihan kecuali apa yang
telah diputuskan Allah wajib diterima oleh manusia dengan ikhlas dan disertai dengan rasa bersyukur yang tulus.
ذاق طعم الايمان من رضي بالله ربا وبالاسلام دينا وبمحمد رسولا (رواه مسلم عن العباس بن عبدالمطلب)
“orang
yang telah ridha Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, Muhammad
sebagai Nabinya sungguh ia telah merasakan nikmatnya iman”.
Hadits
di atas menunjukkan bahwa orang yang berada diluar ketentuan itu
berarti ia tidak pernah merasakan nikmatnya/manisnya iman (ibnu
‘Athaillah as-Sakandari, at-Tanwir fi Isqatil-Tadbir, hal. 39).
Inti dari Qona’ah adalah bukanlah kita palingkan kehidupan kita di alam
dunia ini melainkan bersikap yang bijaksana dalam menyikapi kehidupan
di dunia ini – antara usaha dan tawakkal harus balance, dan yang terpenting selalu tulus dan ikhlas dalam menjalani hidup ini dan merasa puas terhadap apa yang telah dicapai meskipun belum sesuai dengan keinginan di hati. (Kitab Hikam – imam ‘Athaillah ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar