Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Komaruddin Hidayat menyayangkan dengan kondisi Indonesia
yang mayoritas beragama muslim tapi tingkat korupsinya masih menempati
posisi teratas ditingkat internasional.
Hal tersebut
yang tengah didiskusikan oleh Komaruddin dengan Pimpinan KPK, menurut
Komar Indonesia sejak dulu dikenal dengan mayarakatnya yang Relegius
dengan budaya ketimuranya namun sayangnya Indonesia jauh lebih buruk
dibanding negara-negara Sekuler yang memisahkan persoalan Agama dan
Negara.
"Kita juga bertanya mengapa masyarakat Indonesia itu
religius tapi kok tingkat korupsinya tidak turun-turun, sementara di
Negara yang sekuler itu korupsinya lebih berhasil ditekan," ujar Komar
di KPK, Jakarta Rabu (25/9/2013).
Oleh karenanya alat negara yang
harus lebih ditekan dalam upaya pemberantasan korupsi menurut Komar,
adalah KPK, Polisi dan Jaksa bagaimana bisa mengembalikan ketiga lembaga
negara tersebut kepada marwahnya. Karena Agama hanyalah sebatas
dorongan moral untuk menyeru kepada kebaikan.
"Salah satunya
adalah bahwa yang bertugas memberantas korupsi itu adalah lembaga hukum.
Ya KPK, Polisi, Jaksa Agung, agama itu hanya sebagai kekuatan moral
bukan lembaga yg berwenang memberantas korupsi. Paling-paling hanya
memberikan dorongan," paparnya.
Telebih dengan maraknya Partai
yang mengatasnamakan Islam, hal tersebut menurut Komar hanya dijadikan
tameng untuk merebut kekuasaan, padahal sejatinya Partai-partai Islam di
Indonesia tidak bisa mencetak negarawan yang gandrung akan keadilan.
"Kalau
kita liat partai yang menggunakan simbol agama tapi tidak berhasil
melahirkan negarawan dan tidak menunjukkan prestasinya, ya wajar aja
kalau partai keagamaan semakin surut," jelasnya.
Kedatangan
Komaruddin di KPK, untuk melakukan diskusi dengan Pimpinan KPK dan juga
Pengamat Politik Yudilatif, dengan tema "Demokrasi dan Partai Politik,"
pungkasnya.
Sumber: pesatnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar