Senin, 09 September 2013

KAMU SELALU DALAM KENANGANKU (AYAH).....!

Akan tiba saatnya, ayah tak bisa lagi bersamamu, tidak bisa lagi bicara padamu. Dengarlah! Ayah tidak mau terlambat untuk mengatakan semuanya. Tanda-tanda itu sepertinya semakin jelas terlihat. Nada dan suara ayah pun sudah tidak sekeras dan sejelas seperti dulu lagi.
Nanti setelah ayah pergi jauh, jangan pernah berebut apapun yang ayah tinggalkan untuk kamu dan adikmu. Kamu harus bisa menjadi pengganti ayah. Menjaga, melindungi dan mengasihi ibumu, adikmu, isterimu dan anak-anakmu (cucu-cucuku) seperti yang selama ini ayah lakukan untuk kalian.
Kemarin, ayah masih mendengar pertengkaran, karena giliran untuk menjaga ayah tidak kalian sepakati. Kamu tahu, ayah tidak marah atau benci mendengarnya. Justru ayah sangat malu, karena sudah setua ini masih saja merepotkan kalian. Tapi ingat! Jangan pernah lakukan itu pada ibu kalian. Karena mungkin, esok atau lusa dia tidak akan sekuat seperti hari ini.
Bersabarlah dan jangan mengeluh saat mengurus ibumu. Karena dia juga tidak pernah mengeluh waktu mengurus kalian. Ayah khawatir jika nanti kalian menyesal dan terlalu terlambat untuk mencium kakinya. Bukankah sorga itu berada di telapak kaki ibu?.
Ketika ayah tidak ada lagi di sampingmu, buang jauh-jauh tongkat ini! Biar semua orang tahu bahwa ayah dapat berdiri dengan kedua kaki tanpa bantuan tongkat ini dan berlari kencang meskipun raga telah semakin renta.
Saat ayah telah pergi meninggalkanmu, simpan dengan rapi kursi roda ini! Agar semua temanmu tidak bertanya siapa yang memakainya. Ayah tidak rela jika mereka tahu bahwa ayah selalu duduk di kursi roda ini, bahkan untuk berjalan di sore dan pagi hari pun ayah tidak bisa sendirian.
Berceritalah pada temanmu tentang kesibukan ayah saat masih aktif bekerja sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dulu. Jangan terlalu banyak bercerita tentang ayah yang harus dipapah saat menuju kamar mandi, dimandikan, disuapi makannya seperti balita. Ayah malu bila mereka tahu bahwa kalian mengurusku hingga separah ini.
Mungkin kamu sudah sangat lelah menjaga ayah terus-menerus di berbagai rumah sakit, menyuapi makan dan memberi ayah minum obat, karena tubuh ini telah rapuh dan tangan ini sudah tidak bisa bekerja lagi, lemas dan tak berdaya. Namun ayah tidak manja! Ayah juga selalu mencoba untuk bangunkan tubuh ini, mengepalkan jemari lengan ini, namun untuk mengangkat kepala pun dari tempat tidur ayah sudah tak mampu lagi, memegang sendokpun terasa seberat batu ratusan kilo.
Bukan disanjung yang ayah inginkan. Pujian dan penghormatan itu sudah pasti tidak ayah perlukan lagi nanti. Ayah hanya ingin agar kalian merasa bangga memiliki saya sebagai seorang ayah. Hingga akhir hidup saya nanti, ayah ingin menjadi kenangan  terindah untuk kalian.
Jangan menangis apalagi cengeng anakku. Kamu harus kuat, jangan lemah dan tak punya wibawa. Karena nanti, kamu sendiri yang harus menghapus kesedihan dan airmata ibumu, adikmu, isterimu dan anak-anakmu (cucu-cucuku). Gantikan semua itu dengan doa-doa untukku. Ingatlah selalu pesan ayah anakku, bahwa hidup ini akan mudah kalau kita membuatnya mudah, dan akan sulit bila kita membuatnya sulit.Jangan pernah mengambil sesuatu yang bukan menjadi hak dan milikmu, jangan habiskan penghasilanmu bulan depan untuk bulan ini, cukupkanlah dirimu dan keluargamu dengan penghasilanmu bulan ini. Hiduplah sederhana, dan selalu bersandar dan bertaqwa kepada NYA. Jangan pernah melupakanNYA apapun yang terjadi dalam hidupmu. Kamu tak akan pernah dikecewakan NYA. Percayalah anakku! Di Pusaraku nanti, kamu harus tegar dan jangan pernah kehilangan daya juangmu. Lihat ayah! Bersemangatlah, berikan ayah senyuman dan prestasi terbaikmu. Pergilah ke Jakarta, ikuti ujian administrasi badan hukum yang kamu katakan pada ayah itu, dan raihlah Notarismu. Ayah mendoakan dan merestuimu.
Tidak perlu khawatir dengan penyakit kanker yang ayah derita ini, dan tak perlu khawatir dengan raga ayah yang tinggal tulang berbungkus kulit yang kau lihat ini. Karena di dalamnya masih ada ayahmu, dengan tekad membaja dan semangat juang membara yang masih seperti dulu, tetap sama dan tidak akan pernah berubah. Ayah masih bersemangat untuk tetap hidup. Karena ingin melihat keberhasilanmu, bercanda dan bermain dengan kedua cucuku yang lucu dan cantik. Mereka berdua tidak jauh berbeda denganmu waktu kecil. Hanya saja, mungkin tubuh ini tidak sekuat jiwa di dalamnya. Memang raga ayah sudah lelah dan rapuh. Jantung ini sudah waktunya untuk beristirahat. Hingga nanti ketika nafaspun sudah tah sanggup lagi ayah hembuskan, lepaskan ayah dengan ikhlas agar dapat tenang beristirahat dalam keabadian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar