Krisis
kepemimpinan selalu menjadi isu yang tak pernah habis dibicarakan
selama periode pasca reformasi. Lengsernya rezim Orde Baru rupanya tak
mampu diimbangi dengan kemampuan negeri ini memunculkan
pemimpin-pemimpin baru yang berkarakter kuat.
Hingga
hari ini kita masih saja defisit pemimpin-pemimpin autentik dan
berintegritas tinggi. Sebaliknya, kita surplus pemimpin-pemimpin lemah
berwatak oportunis yang selalu bersembunyi di balik kedok pencitraan,
yang lebih menekankan impresi ketimbang visi.
Kita
juga kelebihan pemimpin yang bermuka lembut, tetapi bermental korup.
Artinya, harus diakui, Indonesia memang sedang mengalami krisis
kepemimpinan yang luar biasa, termasuk jika kita berbicara tentang
pemimpin tertinggi Republik ini, yaitu presiden.
Karena
itu, menjadi wajar bila menjelang Pemilu 2014 muncul wacana perlunya
uji integritas bagi calon presiden (capres) yang akan berlaga di
pemilihan presiden 2014 mendatang.
KPK bahkan mengusulkan kepada KPU untuk menggelar tes integritas bagi calon presiden sebagai salah satu syarat menjadi kandidat.
Menurut
KPK, pemimpin yang kuat, yang tidak gemar korupsi, mesti dihasilkan
sejak proses tahapan pemilu dilakukan. Tes integritas diharapkan menjadi
salah satu filter untuk menghasilkan pemimpin yang punya komitmen pada
pemberantasan korupsi serta menjunjung tinggi martabat diri.
Memang,
dari sisi teknis pengujian masih bisa diperdebatkan karena akan sulit
bagi KPU menentukan tolok ukur uji integritas tersebut.
Namun,
semangat untuk menghasilkan kepemimpinan berintegritas dari
komponen-komponen bangsa itulah yang sesungguhnya patut kita dukung.
Publik
sudah bosan dijejali kelakuan pemimpin-pemimpin karbitan yang hanya
pandai beretorika, berorasi, tapi tak cakap melempar karya nyata. Mereka rindu
pemimpin yang autentik tanpa polesan dan kosmetik untuk menutupi
keburukannya, pro rakyat dalam setiap kebijakan yang diputuskannya dan mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk seluruh rakyatnya. Model kepemimpinan yang mengandalkan pencitraan, dan hanya pintar berteori dengan orasi-orasi yang memikat, sudah saatnya lengser dari hati dan pikiran seluruh rakyat. Yang dibutuhkan rakyat sekarang adalah seorang pemimpin praktek yang jujur, amanah, sederhana namun cerdas dan kreatif dalam mengaplikasikan program-programya semata-mata demi kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat.
Adanya
uji integritas setidaknya bakal meminimalkan polesan-polesan itu sedari
awal. Uji integritas akan membuka seterang-terangnya watak calon
pemimpin.
Ibarat
kata, capres harus menjadi buku yang terbuka untuk ditelaah siapa pun.
Mereka tak bisa lagi bersembunyi di balik topeng apa pun, tak terkecuali
melalui jalan pintas pencitraan.
Namun,
menguji integritas calon presiden mestinya juga tidak hanya dibebankan
kepada KPU. Proses pengujian di KPU--kalau uji integritas tersebut
nantinya jadi dilaksanakan--hanya alat untuk menyeleksi dalam tahap
rekrutmen calon presiden.
Selanjutnya
menjadi tugas rakyat untuk memastikan pemimpin-pemimpin yang akan
mereka pilih nanti betul-betul orang yang bersih, jujur, berani, dan
konsisten. Sekaligus menjadi kewajiban rakyat juga untuk menendang
sejauh-jauhnya pemimpin yang tidak memiliki integritas dan hanya
memikirkan kepentingan sendiri dan golongannya.
Teramat
sayang bila reformasi yang telah berhasil melahirkan pemimpin secara
demokratis ternyata tak pernah mampu menciptakan pemimpin berintegritas.
Sumber: Metronews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar