Nama Bunda Putri pertama kali muncul dalam rekaman telepon yang diputar
jaksa di persidangan Ahmad Fathanah pada 29 Agustus 2013 lalu. Dalam rekaman
itu, Bunda Putri membahas perihal reshuffle dengan Luthfi. Mereka
menyebut sejumlah nama, seperti Haji Susu, Pak Tan, Dipo, dan Pak Lurah.
Pada sidang tersebut, mantan Presiden Partai Keadilan
Sejahtera, Luthfi Hasan Ishak yang hari itu menjadi saksi untuk
tersangka Ahmad Fatanah, mengaku mengenal Bunda Putri. Luthfi mengklaim,
Bunda Putri merupakan orang dekat SBY. Pernyataan Luthfi dalam kesaksiannya di pengadilan tersebut, yang mengkaitkan kedekatan bunda putri dengan Presiden RI tersebut, kontan menyulut kemarahan SBY. Presiden SBY tak kuasa menahan emosi saat namanya disebut dekat dengan
Bunda Putri. SBY menegaskan, apa yang dikatakan Luthfi tidak benar.
"Bunda
Putri orang yang sangat dekat dengan Presiden SBY, 1.000 persen Luthfi
Bohong! Dia sangat tahu dengan kebijakan reshuffle, 2.000 persen
bohong!" ucap SBY geram.
"Saya bukan pejabat kecengan. Mau
reshuffle ngomong sama orang yang tidak jelas. Kemudian pernyataan
seperti ini, sangat dekat dengan Presiden SBY, luar biasa. Semoga Allah
mengampuni,"demikian tutur SBY dalam keterangan pers di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur, Kamis (10/10-2013) malam.
Lalu siapa sebenarnya Bunda Putri? Sebuah majalah yang mengaku menemukan jejaknya menulis, bahwa Bunda
Putri yang memiliki nama asli Non Saputri bertempat tinggal di Jalan
Metro Pondok Indah, SB-09, RT05/015, Jakarta Selatan.
Bunda Putri
ini diketahui berasal dari Cilimus, Kuningan, Jabar. Bunda Putri juga
memiliki rumah di sana. Menurut adik tirinya, Otong Mulyadin yang juga
kepala desa, Bunda Putri kerap pulang 4-5 bulan sekali. Ketika pulang
dia kerap membagikan sembako dan uang ke penduduk yang tak mampu.
Sebuah
blog di Kompasiana menulis, Bunda Putri juga dikenal dengan nama Bu Pur
atau Sylvia Soleha, istri Purnomo kepala Rumah Tangga Cikeas. Sylvia
Soleha adalah teman dekat Ibu Negara Ani Yudhoyono. Sylvia juga sering
terlihat berada dalam rombongan Ibu Negara, Ani Yudhoyono menghadiri
berbagai kegiatan. Misalnya saat peringatan Hari Olahraga Nasional di
gedung Tennis Indoor dan lain sebagainya.
Karena kedekatannya
dengan Ibu Negara itu, sudah bukan rahasia lagi banyak pejabat maupun
pengusaha termasuk makelar proyek berusaha mendekati Silvia.
Sebetulnya,
lanjut Intel Imoet, si pemilik akun di Kompasiana itu, Sylvia Soleha untuk pertama kali disebutkan dalam laporan investigasi terhadap Mindo
Rosalina Manulang, mantan direktur pemasaran PT Anak Negeri, perusahaan
yang dimiliki oleh mantan bendahara Demokrat Nazaruddin.
“Wafid Muharram (mantan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga)
mengatakan, ada seorang pengusaha yang direkomendasikan oleh Angelina
Sondakh (mantan anggota DPR dari Partai Demokrat) yang ingin mengambil
proyek tersebut, ” ujar Mindo seperti dalam salinan laporan yang dimuat
The Jakarta Post.
“Dan ada juga seorang pengusaha yang
direkomendasikan oleh departemen rumah tangga Cikeas. Tapi saya lupa
namanya,” tambah Mindo dalam laporan tersebut.
Dalam audit BPK
juga tertulis ada tiga orang dekat Presiden SBY turun langsung
meyakinkan para pejabat berwenang agar mengubah kontrak single year
menjadi multiyear. “Pada saat proses permohonan sekitar Oktober 2010, WM
mengaku diyakinkan oleh pihak-pihak yang dapat membantu proses multi
years ke Kementerian Keuangan, yaitu SSH(SYLVIA SOLEHA), WWS (Widodo
Wisnu Sayoko anak Sylvia Soleha) dan AGU (Arif Gundul),” demikian
kalimat hasil audit investigasi Hambalang jilid II, halaman 37.
Hal
ini diperkuat dengan terendusnya “sidik jari” Sylvia Soleha oleh
penyidik KPK di ruang kerja para Pimpinan Kementerian Pemuda
dan Olahraga .
Audit itu juga menerangkan bagaimana IR
mengenalkan SSH(SYLVIA SOLEHA) kepada WM setelah SSH menghadap AAM. IR
mengantarkan SSH ke ruang kerja WM dengan menjelaskan bahwa SSH akan
meminta pekerjaan di Kemenpora sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
AAM.
Dari situ, AGU dan WWS kemudian kerap melakukan koordinasi
dengan WM sebagai tindaklanjut dari pekerjaan yang akan diberikan kepada
SSH. AGU dan WWS sendiri disebut dalam LHP jilid II itu adalah orang
yang diminta SSH (SYLVIA SOLEHA) secara khusus untuk membantu proses
pengurusan kontrak tahun jamak (multi years) proyek P3SON.
“WM
mengaku pernah mendapatkan penjelasan dari AGU dan WWS bahwa SSH telah
melakukan komunikasi dengan pihak Kementerian PU dan Kementerian
Keuangan, termasuk melakukan komunikasi dengan AR dan ADWM.”
Inisial
SSH sendiri merujuk pada Sylvia Sholehah atau Bu Pur. Sementara WWS
Widodo Wisnu Sayoko adalah anak dari Bu Pur. Sementara WM adalah inisial
dari mantan Sekretaris Menpora Wafid Muharam. AAM adalah mantan Menpora
Andi Alfian Mallarangeng. Adapun ADWM adalah inisial Agus Dermawan
Wintarto Martowardojo atau Menteri Keuangan yang kini menjadi Gubernur
Bank Indonesia, dan AR adalah inisial Anny Ratnawaty, mantan Dirjen
Anggaran Kemenkeu yang kini menjadi Wakil Menteri Keuangan.
Demikianlah,
satu demi satu kesejatian Bunda Putri mulai terkuak. Bukan cuma Intel
Imoet yang mencoba mengungkap, mayoritas media juga berlomba-lomba
melengkapi data mengenai Bunda Putri. Namun anehnya, dari pihak istana
juga masih tetap ngotot dan mengaku tidak mengenal Bunda Putri.
Bagaimanakah sesungguhnya sosok Bunda Putri itu? Seberapa kayakah dia
karena menjadi "figur penting" dalam beberapa mega proyek. Seberapa
besarkah kekuasaannya, sampai-sampai Luthfi Hasan Ishak meyakini
perempuan 'sakti' itu mampu mempengaruhi kebijakan Presiden SBY dalam
mereshufle kabinet? Benarkah demikian adanya? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Sumber : Catatan kaki Jodhi Yudono, KOMPAS.Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar