Senin, 21 Oktober 2013

PENCEGAHAN DAN PROSEDUR PENGOBATAN RABIES

Tanggal 28 September diperingati dunia sebagai Hari Rabies Dunia. Indonesia pertama kali memperingati tahun 2009 di Bali. Saat itu, Bali tengah dilanda peningkatan kasus rabies.
Kematian karena rabies pertama kali dilaporkan di Kabupaten Badung pada November 2008. Tahun 2010 dan tahun 2011, peringatan juga dipusatkan di Bali. Hal itu untuk mendukung Pemerintah Provinsi Bali mewujudkan Bali bebas rabies di tahun 2012.
Rabies adalah suatu penyakit menular akut yang menyerang saraf dan susunan saraf pusat akibat virus rabies yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan hewan penular rabies. Rabies merupakan penyakit yang mematikan. Sebanyak 90 persen kasus rabies pada manusia ditularkan oleh anjing. Sisanya ditularkan oleh kucing, monyet, kelelawar, dan binatang liar lain.
Virus rabies termasuk famili Rhabdovirus , genus Lyssa virus, sehingga kasus rabies disebut juga kasus Lyssa. Virus ditularkan lewat gigitan langsung masuk ke darah. Di udara terbuka, virus mati jika dicuci dengan zat pelarut lemak, misalnya sabun, detergen, dan eter.

Di Indonesia, rabies tersebar di 24 provinsi. Kasus gigitan binatang dan kematian cukup tinggi di Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Sumatera Utara, dan Nias. Provinsi yang bebas rabies tinggal Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, dan Papua.
Dari grafik tampak bahwa sejak terjadi peningkatan kasus rabies di Bali tahun 2008, jumlah kasus gigitan meningkat pesat. Puncaknya terjadi di tahun 2010. Dari 78.203 kasus gigitan, 70 persen terjadi di Bali.
Lewat upaya dan kerja sama berbagai pihak, terutama lewat gerakan vaksinasi massal pada anjing, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies menurun.
Agar virus rabies tidak menyebar, perlu ada kerja sama solid antarberbagai sektor terkait dan masyarakat, khususnya pemilik anjing, sehingga rabies tidak menyebar dan wilayah tertular dapat bebas dari rabies.

Gejala rabies pada manusia
Pada manusia, gejala rabies stadium awal sulit dikenali karena menyerupai infeksi virus lain, seperti demam, sakit kepala, lemas, tidak nafsu makan, dan mual. Karena itu perlu diperhatikan adanya riwayat gigitan hewan penular rabies. Seringkali penderita tak menyadari karena luka gigitan telah sembuh. Adanya nyeri tekan, panas, dan rasa kesemutan pada bekas luka gigitan bisa digunakan untuk mengidentifikasi penyebabnya.
Pada stadium lanjut, akan ditemukan gejala yang sangat khas untuk rabies, yaitu hydrophobia (rasa takut berlebihan terhadap air), gejala lain adalah kepekaan tinggi terhadap rangsang sinar, suara dan angin, sehingga penderita rabies akan kejang- kejang. Selain itu, timbul air liur dan air mata secara berlebihan, diakhiri dengan kelumpuhan. Biasanya penderita meninggal 4-6 hari setelah gejala pertama timbul.

Gejala rabies pada hewan
Pada hewan, gejala yang terjadi sama, yaitu ketakutan, agresif menyerang manusia, kesulitan minum air, kesulitan bernapas, dan kejang. Bisa pula sebaliknya , anjing tampak diam, tetapi tiba- tiba menyerang manusia.
Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah rabies, antara lain, pemilik binatang (anjing, kucing) memvaksinasikan binatang peliharaannya dan tidak membiarkan binatang peliharaan berkeliaran secara bebas. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan binatang peliharaan kontak dengan binatang liar yang kemungkinan terkena rabies.
Binatang peliharaan yang menggigit manusia perlu dikurung dan diamati selama 10 hari atau dilaporkan ke petugas dinas peternakan setempat.
Apabila kita digigit anjing, segera cuci luka gigitan dengan air mengalir selama 10 menit dan dicuci dengan sabun atau detergen, luka jangan dijahit, kemudian diberikan antiseptik, seperti Betadine, alkohol, kemudian segera pergi ke dokter atau puskesmas untuk mendapat vaksin antirabies.
Apabila kasus gigitan hewan penular rabies segera ditangani sesuai prosedur, kemungkinan besar terjadinya rabies dapat dicegah.
 Gigitan hewan yang terkena rabies terbukti nyata mematikan bagi korban. Penanganan lebih dari 12 jam akan membuka peluang virus rabies menunjukkan gejalanya. Bila hal ini sampai terjadi, bisa dipastikan korban akan meninggal. Saat digigit pastikan untuk segera diberi vaksin. Bila sangat parah dan dalam bisa diberikan serum antirabies. Pemberian vaksin akan memberikan perlindungan terhadap dampak gigitan rabies dari kematian hingga 100 persen.

 Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) terbagi menjadi 3 (tiga) periode, yaitu :

1. Saat digigit (pre-exposure)
Vaksin diberikan tiga kali yaitu saat digigit, dan diulang di hari ke-7 dan ke-21 atau ke-28 setelah gigitan. Dosis pertama yang diberikan adalah 0,5 mililiter, kemudian menjadi 1,5 mililiter, dan kembali menjadi 0,5 mililiter. Pemberian dilakukan lagi pada tahun berikutnya, kemudian diulang tiap 3 tahun.

2. Setelah digigit (post exposure)
Vaksin diberikan pada saat yang sama dengan vaksin pre eksposure. Namun suntikan pertama diberikan dua kali dengan dosis 0,5 mililiter. Dosis yang sama juga diberikan pada peyuntikan yang kedua dan ketiga.
Untuk suntikan ketiga bergantung pada kondisi hewan penggigit. Bila hewan penggigit berhasil ditangkap kemudian mati saat suntikan kedua diberikan, maka korban harus disuntik yang ketiga kalinya. Hal ini mengindikasikan hewan penggigit terserang rabies, dan korban harus diberi pelindung.

3. Gigitan berulang (reexposure)
Bila korban kembali digigit dalam waktu kurang dari 3 bulan suntikan re eksposure tidak perku diberikan. Hal ini dikarenakan antibodi yang diproduksi masih cukup untuk melindungi tubuh.
Bila gigitan terjadi dalam kurun waktu 3 bulan hingga satu tahun, korban harus kembali disuntik satu kali, dengan dosis 0,5 mililiter. Namun jika gigitan terjadi lebih dari satu tahun, maka suntikan diberikan tiga kali dengan dosis dan durasi seperti suntikan post eksposure.
Vaksin anti rabies (VAR) tidak menimbulkan dampak buruk apapun. Bekas suntikan terkadang berjejak merah, sedikit bengkak, atau gatal. Namun kondisi ini akan segera menghilang.
Luka gigitan yang sangan parah bisa dibarengi dengan serum anti rabies (SAR), dengan dosis 20 IU per kilogram berat badan. Serum anti rabies yang diberikan berupa human rabies immunoglobulin bersifat homolog. Suntikan SAR diberikan menyebar di daerah sekitar luka gigitan.


Sumber : KOMPAS Health.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar