Kamis, 15 Agustus 2013

MERDEKA BUNG......!


 Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Presiden Sukarno di Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta Pusat pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, menjadi momentum dimulainya babak baru kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat di muka bumi ini. Menurut Sukarno, kemerdekaan adalah, "Politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan ialah satu jembatan, satu jembatan emas, dan di seberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat". Kemudian dalam pidatonya dihadapan sidang BPUPKI-PPKI, pernyataan senada diulangnya kembali dan bahkan Sukarno lebih menandaskan: "bahwa di dalam Indoesia merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita, di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita, di dalam kemerdekaan Indonesia itulah kita menyehatkan masyarakat kita sebaik-baiknya. Inilah maksud saya (Sukarno) dengan perkataan"jembatan". Di seberang jembatan, jembatan emas inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi.
Berangkat dari definisi kemerdekaan dalam arti politik yang dikemukakan oleh Sukarno di atas menurut saya (penulis) kemerdekaan itu harus senantiasa dimaknai sebagai suatu perjuangan seluruh rakyat Indonesia dalam mencapai penyempurnaan tatanan kehidupan disegala sektor kehidupannya menuju keadaan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Proses penyempurnaan dari kemerdekaan itu tidak kenal henti dan lelah semata-mata demi kesejahteraan hidup seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

Muhammad Hatta memaknai kemerdekaan itu lebih bersifat ekonomis-pragmatis, yaitu kemerdekaan bangsa Indonesia itu merupakan syarat untuk mencapai kemakmuran rakyat. Karena kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia adalah cita-cita dan tujuan perjuangan revolusi selama ini.
Proklamasi Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945  tidak serta merta melahirkan kemerdekaan negara Indonesia yang diakui oleh negara lain. Proklamasi pada waktu itu masih berlaku bagi bangsa Indonesia sendiri, sebagai kebulatan tekad untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka di tengah-tengah bangsa-bangsa lain dalam pergaulan internasional.
Bahwa kemudian hingga kemerdekaan negara republik Indonesia sudah mencapai usia uzur 68 tahun sampai tahun 2013 ini, belum juga mampu mencapai cita-cita kemerdekaan sebagaimana yang diamanatkan oleh Sukarno-Hatta sebagai Founding Father (Bapak Bangsa) Negara Republik Indonesia itu, tentu ada permasalahan yang serius dalam praktek pelaksanaan penyelenggaraan negara Republik Indonesia oleh para penyelenggara negaranya. Permasalahan tersebut adalah ketidakmampuan penyelenggara negara dalam melaksanakan penyempurnaan kemerdekaan dari waktu ke waktu ( hingga saat ini sudah 68 tahun) yang telah dengan susah payah direbut dari tangan para penjajah dengan pengorbanan harta, airmata, darah bahkan nyawa para pejuang demi eksisnya Indonesia tercinta. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia saat ini adalah pengkhianatan paling hakiki dari penyelenggara negara terhadap cita-cita politik dan cita-cita perjuangan para Bapak Bangsa, para pejuang kemerdekaan yang telah rela mengorbankan apa saja untuk kemerdekaan Pertiwi tercinta. Bahwa setelah 68 tahun merdeka, perlukah rakyat Indonesia berjuang kembali untuk merebut kemerdekaannya sendiri? Saya (penulis) jadi teringat kata-kata penyair terkenal Indonesia WS Rendra yang mengatakan, "Saudara-saudaraku bersatulah. Ambillah galah. Kibarkan kutang-kutangmu di ujungnya. Araklah keliling kota, sebagai panji-panji yang telah mereka nodai". Kemerdekaan 68 tahun ini masih belum juga bermakna kemerdekaan yang sebenarnya. Hanya ceremonial, upacara, pembacaan teks proklamasi, pembacaan pembukaan UUD 1945, menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, pengibaran sang saka merah putih, pidato kosong, setelah itu rakyat semakin merana karena pengkhianatan saudara sebangsanya sendiri. Sangat menyakitkan.
MERDEKA BUNG......! ENTAH SAMPAI KAPAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar